Novel kali ini yang akan saya bahas bukan lagi novel sastra, melainkan novel modern karya artis-artis di dunia hiburan. Ternyata menulis novel itu tidak harus terlebih dahulu belajar, kita cukup tulis saja apa yang kita lihat dan rasakan, itu langkah awal membuat tulisan. Kalau tulisannya mau banyak? Yah sabar aja, tunggu berhari-hari, kan langsung banyak tuh tulisannya. Di novel ini saya menggunakan pendekatan ekspresif dalam mengapresiasi. Dikarenakan buku ini adalah kisah nyata dari penulisnya sendiri jadi apa yang dituliskan dalam buku ini tidak terlepas dari kehidupan dan latar belakang lingkungan si penulis yang notabennya juga merupakan peran utama dalam buku ini. Begitupun tokoh-tokoh lain yang diceritakan merupakan keluarga dari si penulisnya sendiri.
Novel karya Raditya dika yang berjudul “Marmut Merah Jambu” ini, merupakan novel terbitan kelimanya, sebelumnya dika pernah membuat novel berjudul “Kambing Jantan” yang sukses beredar dipasarannya, lalu dibuatkan film layar lebar, dan dika ikut menjadi salah satu tokoh difilmnya tersebut, sukses dengan novel dan filmnya, dika melanjutkan kambing jantan menjadi sebuah komik. Di novel kedua ini, tak kalah sukses, memang tidak di filmkan tetapi novel ini berhasil merenggut jiwa anak muda jaman sekarang. Ceritanya yang lucu bikin pembaca sampai tertawa membuat buku ini menjadi laris sampai sekarang. Sebenarnya novel raditya dika narsis banget. Semuanya menulis tentang dirinya sendiri, seperti yang juga diungkapkannya sendiri di buku Marmut Merah Jambu ini. Tapi yang ditulisnya adalah tentang hal-hal bodoh. Kalau kita pikirkan, gak ada bagusnya buat menulis buku yang berisi kebodohan kita sendiri, itu sama saja bikin malu. Namun, yang berhasil dika lakukan disini adalah menjadikan kebodohan-kebodohan itu sebagai sesuatu yang lucu yang bisa ditertawakan banyak orang. Yang akhirnya kita bisa berkaca dari pengalamannya untuk dapat kalian berekspresi untuk bisa tertawa ngakak dengan perut kaku sampai guling-guling.
Marmut Merah Jambu dimulai dari kehidupan dika waktu ia duduk di bangku SMP, ia menuliskan SMP Tarakanita dalam buku ini yang juga merupakan SMP sebenarnya seorang Raditya Dika. Dia menceritakan bagaimana dia dan sahabatnya yang mencintai orang diam-diam, penceritaan yang disampaikan begitu konyol membuat pembaca menjadi tertawa geli ketika membaca bagian-bagian yang disampaikan dengan banyolan khas seorang Raditya Dika, seperti diketahui sebelumnya dika dikenal sebagai sosok penulis yang khas dengan komedi, banyolan, humor yang cablak, sehingga tak heran kalau di dalam buku ini kita akan menemukan ungkapannya yang cablak. Karena dika merupakan remaja jadi gaya penulisannya adalah bahasa remaja sekarang yang lebih sering disebut dengan bahasa gaul, begitupun pesan-pesan yang disampaikannya di setiap akhir bagian dari setiap babnya. Di novel ini selain lucu-lucuan terdapat juga kata-kata yang benar-benar bisa memberikan inspirasi. Novel nya dibuat sangat natural, nonfiksi, sesuai kehidupan nyata. Seperti tentang cinta, cewek dan cowok. Dimana cewek yang selalu minta dingertiin sama cowok dan cowok yang selalu gak bisa ngertiin cewek. Belahan jiwa yang terkadang kita gak tau kapan datangnya, pertemuan antara cewek dan cowok yang selalu unik, cinta yang bertepuk sebelah tangan, cinta diam-diam dan kelakuan-kelakuan aneh manusia kalau lagi jatuh cinta
Dari saya sendiri,
saya menemukan beberapa kata bagus yang dapat menjadi inspirasi seperti :
· Orang
yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya hanya bisa mendoakan orang yang mereka
cintai setelah lelah berharap. Harapan sia-sia
· Luka
hati, ketika tidak dijahit, bisa jadi tidak akan pernah kering.
· Unrequited
Love, atau cinta yang tak berbalas, adalah hal yang bisa bikin kita ngais
tanah. Untuk tahu bahwa cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu
bahwa kita tidak pantas mendapatkan orang tersebut..rasanya seperti diberitahu
bahwa kita tidak sempurna, setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang itu.
· Cinta
mungkin buta, tapi kadang untuk bisa melihatnya dengan lebih jelas, kita hanya
butuh kacamata yang pas.
· Kalau
mimpi kita ketinggian, kadang kita perlu dibangunkan oleh orang lain.
· Untuk
mencintai seseorang, butuh keberanian.
Novel ini secara keseluruhan cukup
menarik, dan pembahasan tentang cintanya menurut saya sama persis dengan
kehidupan anak-anak muda saat ini, especially orang yang jatuh cinta diam-diam
yang menggambarkan seseorang yang mencintai seseorang tapi takut untuk
mengungkapkannya. Yang mungkin hal tersebut pernah dirasakan oleh hampir semua
orang. Gaya bahasa dan penggunaan kata yang digunakan dika juga sangat mengena,
membuat pembacanya seperti benar-benar menyaksikan langsung adegan-adegan yang
ada di buku. Alurnya mudah diikuti. Saya sendiri bahkan seperti ikut merasakan
bagaimana rasanya patah hati ketika saya membaca cerita tentang cinta dika yang
bertepuk sebelah tangan, dika yang memilih untuk merelakan orang yang
dicintainya dan hanya bisa berdoa semoga orang itu dapat yang terbaik.
Setelah selesai membaca “Marmut Merah
Jambu”, saya melihat buku ini memang berbeda, dibandingkan buku-buku dika
terdahulu. Buku ini lebih “human” . Lebih menyentuh, tidak hanya membuat kita
tertawa dan tersenyum, tapi juga membuat kita lebih memahami manusia lain di
sekitar kita. Tidak hanya menghibur, tapi juga membuat kita belajar.
‘For other people,
they see me as a clown, but for you, I show you the human.’
Itu kalimat favorit yang saya dapat dari
MMJ. Kalimat ini memang mengingatkan saya akan sesuatu. Saat kamu bertemu atau
bersama seseorang (atau beberapa orang), pernahkah kamu merasa tidak menjadi
diri sendiri? Pernahkah kamu merasa kamu harus bersikap sesuai dengan
“tuntutan” ? Berapa kali kamu bisa bersikap “seadanya” ?
Apa
yang disampaikan dika dalam buku MMJ (Marmut Merah Jambu) merupakan penceritaan
kembali tentang apa yang dialami dalam hidupnya. Dika yang menampilkan watak
dirinya apa adanya dalam buku ini. Cerita tentang kekompakan dan curahan
kasih sayang sebuah keluarga. Walau karakter dika sangat slengean, cuek, tapi
sangat perhatian dengan adik-adiknya, bahkan sang kucing, sampai-sampai si
kucing di buatkan tokoh utama di chapter terakhir, bahkan yang berlebihan lagi
hingga 'memanusiakan' kucing. Disini juga diceritakan sang mama yang sangat
khawatir dangan sunatan edgar, adik bungsu dika, berharap segalanya berjalan
lancar, lagi-lagi semuanya diceritakan dengan komedi hiperbolis. Lalu tentang
royalty buku-buku dika yang diperuntukkan adik-adiknya. Cerita tentang ayahnya
yang kayaknya cuek tapi ternyata perhatian pada dika dengan member dika
'bingkisan' lewat orang suruhan ayahnya di detik-detik terakhir di bandara
ketika dika mau shooting di Oz. Meskipun
bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa lisan bukan bahasa tulisan,
Dika mampu menghadirkan inovasi baru dari beberapa penulisnya. Ia hadir dengan
genre baru, yaitu menggunakan nama-nama binatang dalam setiap tulisannya.
Kesimpulan
berdasarkan pendekatan ekspresif adalah apa yang ditulis penulis dalam MMJ
sesuai dengan latar kehidupan dan lingkungan si pengarang sendiri. Begitu pun
dengan karakter yang ada, semua ditulis sesuai dengan apa yang dika alami dalam
hidupnya.
gokkiiiillllll dah !! hahahaa :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar